ASKEP KLIEN DENGAN BENDA ASING PADA TELINGA

0

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BENDA ASING PADA TELINGA

TINJAUAN TEORITIS

1.      DEFINISI

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap enteng oleh setiap orang. Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus

2.      ETIOLOGI

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu:

  • Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
  • Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
    Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga dan penangangan pertama yang bisa dilakukan:
  1. Air
    Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya. Segera kunjungi dokter THT untuk membersihkan kotoran kuping yang ada.
  2. CottonBuds
    Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
  3. Benda-bendakecil
    Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut.
  4. Serangga
    Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.

3. ANATOMI FISIOLOGI

Secara Anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas. Secara embriologi telinga luar dan tengah berasal dari celah brankial pertama dan kedua, sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda otik. Sehingga suaru bagian dapat mengalami kelainan, sementara bagian lain berkembang normal. Pada kebanyakan kasus telinga luar dan tengah mengalami kelainan kongenital bersama-sama, sedangkan koklea berkembang normal. Hal ini memungkinkan.rehabilitasi pendengaran pada kebanyakan kelainan telinga kongenital.

a.      Telinga Dalam

Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula auditorius. Suatu proses migrasi,

pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang secara jelas memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini berlangsung dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive seperfi telinga orang dewasa telah siap.

b.      Telinga Luar dan Tengah

Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid yang terus berkembang sampai pubertas. Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari kapsul otik. Osikel berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus. Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Pada awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi

4. MANIFESTASI KLINIS

Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
• Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.
• Tersumbat :
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.
• Pendengaran terganggu :
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
• Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.
• Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing

5. PATOFISIOLOGI

Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat , nyamuk.
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asinr ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/ otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya :
– Bersihkan serumen
– Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
– Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
– Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
– Kemungkinan gendang mengalami robekan.

b. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam

c. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
1. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
4. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1. Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
2. Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi: otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
3. Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.

d. Uji Rine
1. Membandingkan konduksi udara dan tulang
2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
4. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1. Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2. Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif)

 7. PENATALAKSANAAN

Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset atau alligator (khususnya gabah). Pada anak yang tidak kooperatif, sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis umum, agar tidak terjadi komplikasi pada membrane timapani.

Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus dimatikan dulu dengan meneteskan pantokain,xylokain,minyak atau alcohol kemudian dijepit dengan pinset.
Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset dan ditarik keluar. Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gendang telinga atau struktur- struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan anastesi sebelum dilakukan penatalaksanaan.
Jika benda asing serangga yang masih hidup, harus dimatikan terlebih dahulu dengan meneteskan larutan pantokain, alcohol, rivanol atau minyak. Kemudian benda asing dikait dengan pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing keluar, liang telinga dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang telinga diberikan antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik jika perlu

Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset dan ditarik keluar.
Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian pada anak yang tidak kooperatif dilakukan dengan narkose. Dengan memakai lampu kepala yang sinarnya terang lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat menyebabkan trauma pada membran timpani.

Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius eksternus merupakan tantangan bagi petugas perawatan kesehatan. Banyak benda asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-manik, penghapus) dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat perforasi lubang membrana timpani. Benda asing dapat terdorong secara lengkap ke bagian tulang kanalis yang menyebabkan laserasi kulit dan melubangi membrana timpani pada anak kecil atau pada kasus ekstraksi yang sulit pada orang dewasa. Pengambilan benda asing harus dilakukan dengan anatesia umum di kamar operasi.

8. KOMPLIKASI

Tuli atau meningitis.

 

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

 1.      PENGKAJIAN

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan,  tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, alamat dan rencana terapi.

1.1  RIWAYAT KESEHATAN

  1. Riwayat penyakit Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena benda asing,biasanya kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar  atau klien suka berenang dapat mempengaruhi penyakit ini

2.   Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita biasanya mengeluh nyeri, Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun,  rasa tidak enak ditelinga.      .

3.   Riwayat Penyakit Keluarga.

                 Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit benda asing dalam telinga seperti klien saat ini atau apakah ada riwayat pendengaran  atau riwayat keluarga.

1.2  PEMERIKSAAN FISIK

  • Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan tinggi badan klien.

Dan kaji tanda-tanda vital klien.

  1. KEPALA

Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)

  1. Rambut

Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.

  1. Wajah

Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri

  1. Mata

Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor

  1. Telinga

Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia

  1. Hidung

Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.

  1. Bibir

Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.

  1. Gigi

Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya    kebersihan gigi  kurang.

  1. Lidah

Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik

  1. LEHER

Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga  ini tampak normal saja

  1. DADA
    1. Inspeksi

Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai 20 X permeni,tidak dyspnea.

  1. Palpasi

Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus

  1. Perkusi

Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor

  1. Auskultasi

Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi dan ekspirasi.

4. JANTUNG

1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5

2. palpasi   : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm

3. perkusi   : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal

4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal

5. ABDOMEN

1.Inspeksi    : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen

2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna klien mengalami penurunan nafsu makan

3.Palpasi     : biasanya teraba normal saja

4. Perkusi    : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal

6.  GENITOURINARIA

Biasanya klien tidak ada terpasang kateter

  1. EKSTREMITAS

Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini menurun.

  1. SISTEM INTEGUMEN

Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat

  1. SISTEM NEUROLOGI

Biasanya sistem neuro pada klien penyakit  ini normal saja

9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

  1. Nutrisi
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.Selera makan

2.Frekuensi makan

3.Makanan pantangan

4.Pembatasan pola makan

Biasanya klien mempunyai nafsu makan yang tinggi.

Biasanya klien makan 3x sehari.

sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-pedas.

Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.

Biasanya nafsu makan klien menurun.

Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.

Saat sakit klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan.

Saat sakit pola makan klien di atur

  1. Eliminasi (BAB & BAK)
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
– BAB

1. frekuensi (waktu)

2.Kesulitan

3.Obat pencahar

–     BAK

  1. Frekuensi
  1. Warna dan bau
Biasanya pagi dan sore.

Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan.

Biasanya tidak menggunakan obat pencahar

Biasanya 5x sehari

Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis

Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk ada.

Biasanya terjadi defekasi.

Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar

Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus.

Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg mengonsumsi obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.

  1. Istirahat dan tidur
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
  1. Jam tidur

–          Siang

–          Malam

  1. Kesulitan tidur
Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah.

Biasanya tidur malam klien teratur.

Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur

Biasnya sering tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur.

Biasnya klien susah tidur malam.

Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.

  1. Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
  1. Kegiatan sehari-hari
  1. Perawatan diri
Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan.

Perawatn dri klien biasanya teratur dan bersih.

Klien hanya istirahat di tempat tidur.

Perawtan diri klien berkurang, hygine klien berkurang.

10.DATA SOSIAL EKONOMI

Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang menbiayai pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan karna biaya penginapan RS dan pengobatan klien selama di RS.

11.DATA PSIKOSOSIAL

Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di deritanya dan ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh dan ingin pulang dan adanya kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.

12.DATA SPIRITUAL

Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien masih sehat,klien sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk shnolat berdiri, dan biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas  kondisinya saat ini.

  1. 1.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi

c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani

  1. 2.      INTERVENSI

 

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI & RASIONAL
1 Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang, KH:
– Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
– Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.

 

1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )
2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
1. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
2 Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat, KH:
– Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan
– Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya

 

1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut

3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan

Rasional :
1. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang

3. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan

 

3 Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani .Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi, KH:
– Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
– Tanda- tanda vital dalam batas normal
1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan
4. Kolaborasi:
Berikan antibiotika sesuai indikasi

Rasional :

1. Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi selanjutnya
2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
3. Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
4. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi
Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan

 

                                                                                                                                        

  1. 3.      IMPLEMENTASI

Melaksanakan/ melakukan tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan intervensi   untuk kesembuhan dan meningkatkan kesehatan klien.

  1. 4.      EVALUASI

Pada tahap ini perawat akan mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui sejauh manakah perkembangan terhadap pasiennya serta untuk mengetahui apakah intervensi dan implementtasi telah tercapai atau belum.

Yang terdiri dari SOAP( subjek,objektif,analisa dan pleTASI

 

PENUTUP

 

4.1       Kesimpulan

 

Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap enteng oleh setiap orang. Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus

4.2       Saran

Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dan dapat diterapkan.

 

 

 

ASKEP KLIEN DENGAN LABIRINITIS

0

ASKEP KLIEN DENGAN LABIRINITIS

 

  1. Latar Belakang

           Labirinitis pada dasarnya di kenal dua macam dan dengan gejala yang berbeda, labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut dengan labirinitis umum ( general ), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, kemudian yang mengenai hanya sebagian atau terbatas disebut labirinitis terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.

     Labirinitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Labirinitis bacterial, meskipun cukup jarang sejak dikenalnya antibiotika, paling sering terjadi sebagai komplikasi meningitis bakterial.

Sekitar 2 juta orang Amerika mengalami beberapa jenis disfungsi penciuman.   Penelitian telah menunjukkan bahwa disfungsi penciuman mempengaruhi setidaknya 1% penduduk di bawah usia 65 tahun, dan lebih dari 50% dari populasi lebih dari 65 tahun.   Indera penciuman menentukan rasa makanan dan minuman dan juga berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk mendeteksi bahaya lingkungan, seperti makanan basi, buruk dapat mempengaruhi preferensi makanan, asupan makanan dan nafsu makan. Salah satunya trauma hidung.

 

  1. 2.      TUJUAN

                                                  

2.1  Tujuan Umum

Menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan dengan gangguan labirinitis

                                                                                                                  

2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien labirinitis

2. Mampu menegakkan diagnosa pada pasien labirinitis

3. Mampu melakukan intervensi dan implementasi pada pasien penyakit labirinitis

4. Mampu melakukan evaluasi pada pasien penyakit labirinitis

5. Mampu melakukam pendokumentasian pada pasien penyakit labirinitis

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

  1. 1.      DEFINISI

Labirinitis pada dasarnya di kenal dua macam dan dengan gejala yang berbeda, labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut dengan labirinitis umum ( general ), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, kemudian yang mengenai hanya sebagian atau terbatas disebut labirinitis terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja. Labirinitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus

Labirinitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Labirinitis bacterial, meskipun cukup jarang sejak dikenalnya antibiotika, paling sering terjadi sebagai komplikasi meningitis bakterial. Infeksi berkembang ke telinga dalam melalui kanalis auditorius internus atau aquaduc koklear.

 

  1. 2.      ETIOLOGI

Secara etiologi labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.

Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirin supurati dengan invasi sel radang ke labirin., sehingga terjadi kerusakan yan iereversibel, seperti fibrosa dan osifikasi.
Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus esgera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik.

 

  1. 3.      ANATOMI FISIOLOGI

Secara Anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas. Secara embriologi telinga luar dan tengah berasal dari celah brankial pertama dan kedua, sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda otik. Sehingga suaru bagian dapat mengalami kelainan, sementara bagian lain berkembang normal. Pada kebanyakan kasus telinga luar dan tengah mengalami kelainan kongenital bersama-sama, sedangkan koklea berkembang normal. Hal ini memungkinkan.rehabilitasi pendengaran pada kebanyakan kelainan telinga kongenital.

 

a)      Telinga Dalam

      Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula auditorius. Suatu proses migrasi,

pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang secara jelas memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini berlangsung dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive seperfi telinga orang dewasa telah siap.

 

b)     Telinga Luar dan Tengah

      Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid yang terus berkembang sampai pubertas. Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari kapsul otik. Osikel berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus. Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Pada awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.

Telinga tengah

 

  1. 4.      MANIFESTASI KLINIS

Labirintitis ditandai oleh awitan mendadak vertigo yang melumpuhkan, bisanya disertai mual dan muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu, dan mungkin tinnitus. Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan. Pengobatan untuk labirintitis balterial meliputi terapi antibiotika intravena, penggantian cairan, dan pemberian supresan vestibuler maupun obat anti muntah. Pengobatan labirintitis viral adalah sintomatik dengan menggunakan obatantimuntah dan antivertigo.

  1. 5.      KLASIFIKASI
    1. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum ( general ), dengan gejala fertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja / tuli saraf saja.
    2. Labirinitis terjadinya oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
    3. Labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

    Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma

 

  1. 6.      PATOFISIOLOGI

Kira – kira akhir minggu setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya terisi untuk jaringan gramulasi, beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan gramulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.          

 

  1. 7.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

Fistula dilabirin dapat diketahui dengan testula, yaitu dengan memberikan tekanan udara positif ataupun nrgatif ke liang telinga melalui otoskop siesel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang di masukan ke dalam liang telinga. Balon karet di pencet dan udara di dalamnya akana menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula positif akan menimbulkan ristamus atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya bisa tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati atau paresis kanal.
    Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT Scan yang baik kadang – kadang dapat memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan dikanalis semisirkularis horizontal.
Pada fistula labirin / labirintis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan bedah harus adekuat untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatom dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan didaerah tersebut harus segera ditutup dengan jaringan ikat / sekeping tulang / tulang rawan.

 

  1. 8.    PENATALAKSANAAN

       Terapi local harus ditujukan kesetiap infeksi yang mungkin ada, diagnosa bedah untuk eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu focus dilabirin untuk daerah perilabirin telah menjalar untuk dicurigai menyebar ke struktur intrakronial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika bila dicurigai ada focus infeksi di labirin atau di ospretosus dapat dilakukan drerase labirin dengan salah satu operasi labirin setiap skuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma NUA. Bila saraf fosial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal maka harus diberikan antibiotika sebelum dan sesudah operasi

 

  1. 9.      KOMPLIKASI

Tuli total atau meningitis.

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

 

  1. 1.      PENGKAJIAN

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan,  tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, alamat dan rencana terapi.

1.1  RIWAYAT KESEHATAN

  1. Riwayat penyakit Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena benda asing,biasanya kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar  atau klien suka berenang dapat mempengaruhi penyakit ini

 

  1. Riwayat Penyakit Sekarang

          Penderita biasanya mengeluhkan mual dan muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu, dan mungkin tinnitus. Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan .

 

  1. Riwayat Penyakit Keluarga.

                 Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit ini seperti klien saat

ini atau apakah ada riwayat infeksi saluran atas atau riwayat elergi keluarga.

 

1.2     PEMERIKSAAN FISIK

        A.Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan tinggi badan klien.

                                        Dan kaji tanda-tanda vital klien.

1.KEPALA

    Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)

  1. Rambut

Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.

  1. Wajah

Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri

 

 

  1. Mata

Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor

                                                                                                      

  1. Telinga

Biasanya telinga klien Terjadi tuli total disisi yang sakit, vertigo ringan nistagmus spontan biasanya kea rah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau sampai sisa labirin yang berfungsi dapat menkompensasinya. Biasanya klien merasakan nyeri dan klien kurang mendengar respon dari pendengaran.

  1. Hidung

Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.

  1. Bibir

Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.

  1. GigI

 Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya    kebersihan gigi  kurang.

  1. Lidah

Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik

 

  1. LEHER

         Biasanya leher pada klien penyakit labirinitis  ini tampak normal saja

 

  1. DADA
    1. Inspeksi

Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai 20 X permeni,tidak dyspnea.

 

  1. Palpasi

Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus

 

  1. Perkusi

Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor

  1. Auskultasi

Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi dan ekspirasi.

 

 

 

   4. JANTUNG

       1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5

       2. palpasi   : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm

       3. perkusi   : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal

       4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal

 

5. ABDOMEN

            1.Inspeksi    : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen

            2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna klien mengalami penurunan nafsu makan

3.Palpasi     : biasanya teraba normal saja

4. Perkusi    : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal

6.  GENITOURINARIA

            Biasanya klien tidak ada terpasang kateter

  1. EKSTREMITAS

           Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini menurun.

  1. SISTEM INTEGUMEN

Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat

 

  1. SISTEM NEUROLOGI

       Biasanya sistem neuro pada klien penyakit  ini normal saja

 

 

9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

  1. Nutrisi

 

kondisi

Sebelum sakit

Saat sakit

1.Selera makan

 

2.Frekuensi makan

 

 

3.Makanan pantangan

 

 

 

 

4.Pembatasan pola makan

Biasanya klien mempunyai nafsu makan yang tinggi.

Biasanya klien makan 3x sehari.

 

 sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-pedas.

Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.

Biasanya nafsu makan klien menurun.

Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.

Saat sakit klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan.

 

Saat sakit pola makan klien di atur

 

  1. Eliminasi (BAB & BAK)

kondisi

Sebelum sakit

Saat sakit

– BAB

1. frekuensi (waktu)

 

 

  2.Kesulitan

 

  3.Obat pencahar

 

 

–     BAK

  1. Frekuensi

 

 

  1. Warna dan bau

 

Biasanya pagi dan sore.

 

 

Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan.

Biasanya tidak menggunakan obat pencahar

 

 

Biasanya 5x sehari

 

 

Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis

 

Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk ada.

Biasanya terjadi defekasi.

 

Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar

 

 

Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus.

Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg mengonsumsi obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.

 

  1. Istirahat dan tidur

kondisi

Sebelum sakit

Saat sakit

  1. Jam tidur

–          Siang

 

 

–          Malam

 

  1. Kesulitan tidur

 

Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah.

Biasanya tidur malam klien teratur.

Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur

 

Biasnya sering tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur.

Biasnya klien susah tidur malam.

Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.

 

  1. Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri

kondisi

Sebelum sakit

Saat sakit

1. Kegiatan sehari-hari

 

 

 

  1. Perawatan diri

Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan.

 

Perawatn dri klien biasanya teratur dan bersih.

Klien hanya istirahat di tempat tidur.

 

 

Perawtan diri klien berkurang, hygine klien berkurang.

 

10.DATA SOSIAL EKONOMI

Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang menbiayai pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan karna biaya penginapan RS dan pengobatan klien selama di RS.

 

11.DATA PSIKOSOSIAL

Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di deritanya dan ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh dan ingin pulang dan adanya kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.

 

12.DATA SPIRITUAL

Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien masih sehat,klien sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk shnolat berdiri, dan biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas  kondisinya saat ini.

 

 

  1. 3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a)      Ketidak berdayaan yang berbeda persoalan penyakit dan menjadi tidak berdaya dalam situasi

b)     Resiko terhadap trauma yang kesulitan keseimbangan

c)      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berbeda dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mendengar ketidak ada ikutannya mengikuti instruksi.

  1. 4.      INTERVENSI

 

NO

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

1

 Ketidak berdayaan yang berbeda persoalan penyakit dan menjadi tidak berdaya dalam situasi tertentu akibat gangguan keseimbangan

Klien mengalami peningkatan perasaan control terhadap kehidupan dan aktivitas meskipun tertentu akibat gangguan keseimbangan

1) Kaji kebutuhan, nilai, perilaku dan kesiapan pasien untuk memulai aktivitas.
2) Beri kesempatan bagi pasien mengidentifikasi perilaku koping yang berhasil sebelumnya.
3) Bantu pasien mengindentifikasi perilaku koping yang berhasil sebelumnya

2

Resiko terhadap trauma yang kesulitan keseimbangan

mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rumah dan menggunakan alat rehabilitasi bila perlu

1) Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dengan menarik riwayat dan pemeriksaan adanya nistagmus Romberg positif dan ketidakmampuan melakukan Romberg tandem.
2) Bantu ambulasi bila ada indikasi.
3) Dorong peningkatan tingkat aktifitas dengan atau tanpa menggunakan alat Bantu

3

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berbeda dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mendengar ketidak ada ikutannya mengikuti instruksi.

pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi efek procedur dan pengobatan.

1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
3) Diskusikan penyebab individual

 

 

                                                                                                                            

  1. 5.      IMPLEMENTASI

Melaksanakan/ melakukan tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan intervensi   untuk kesembuhan dan meningkatkan kesehatan klien.

  1. 6.      EVALUASI

Pada tahap ini perawat akan mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui sejauh manakah perkembangan terhadap pasiennya serta untuk mengetahui apakah intervensi dan implementtasi telah tercapai atau belum.

Yang terdiri dari SOAP( subjek,objektif,analisa dan plening)

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

 

4.1       Kesimpulan

 

Labirinitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus.

Labirinitis pada dasarnya di kenal dua macam dan dengan gejala yang berbeda, labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut dengan labirinitis umum ( general ), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, kemudian yang mengenai hanya sebagian atau terbatas disebut labirinitis terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja. Labirinitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus

4.2       Saran

 

Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dan dapat diterapkan